Penggalaman sebagai proses identifikasi potensi mahasiswa yang ditandai dengan munculnya kesadaran yang tinggi untuk melakukan aktivitas Organisasi, perlu peningkatan kualitas mahasiswa itu sendiri dalam berbagai bidang dan potensi induvidu.
maka konteks penggembangan mahasiswa, selayaknya melihat persoalan atau masalah-masalah tersebut dengan maksud agar mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana jalan keluar yang tepat untuk penyelesaian ,PERMASALAHAN. Dengan demikian masyarakat mampu menetapkan apa yang dibutuhkan dan bukan sekedar daftar keinginan yang terlalu menjanjikan, tetapi dalam kenyataan tak pernah terpenuhi. Pendekatan yang diharapkan untuk itu adalah memfasilitasi mahasiswa secara edukatif dan memandangnya tidak sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek pembangunan.
Beberapa kelompok sesuai bidang yang diminati. Secara simultan masing-masing kelompok membicarakan topik yang sesuai dengan bidangnya dan bersamaan dengan itu dilakukan pula kegiatan simulasi. Maksudnya adalah untuk mendekati dunia yang sebenarnya atau eadaan nyata di lapangan. Pada suatu kesempatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, diperlukan adanya forum yang difasilitasi oleh trainer (training provider) untuk mempertemukan seluruh kelompok yang ada. Forum ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada setiap kelompok guna membahas hasil kerja kelompoknya kepada kelompok yang lain. Banyak hal-hal yang positif diperoleh melalui kesempatan tersebut, antara lain :
(a) terjadinya pertukaran informasi antar kelompok. Karena untuk membahas seluruh masalah oleh satu kelompok saja, rasanya sulit dan memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga dibutuhkan beberapa kelompok yang disuaikan dengan masalahmasalahyang ada. Kelompok satu misalnya, memfokuskan perhatian terhadap demokratisasi, lebih spesifik pada lingkup politik. Kelompok lainnya adalah masalah sosial dan ekonomi. Pertukaran informasi antar kelompok akan memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi seluruh peserta. Pada kesempatan yang sama pertukaran itu akan memunculkan berbagai tanggapan baik mendukung atau mengkritik hasil kerja kelompok-kelompok yang ada. Hal ini mencerminkan terjadinya interaksi belajar mengjajar diantara mereka.
(b) Mengembangkan sifat kritis dan 9 keterbukaan. Iklim yang kondusif daklam forum yang dirancang untuk mengoptimalkan aktivitas peserta, akan memberi peluang untuk mengkritisi atau menanggapi permasalahan yang bekembang, tanpa adanya pembatasan-pembatasan yang kaku. Kesediaan menerima dan ditanggapi oleh kelompok lain, merupakan bukti keterbukaan yang perlu dioptimalkan. Hanya saja peran para trainer diharapkan mampu mengarahkan jalannya persidangan (diskusi), agar tetap berada pada
koridor yang semestinya. Hal ini diperhatikan agar tidak terjadi debat kusir yang mengarah ke pada melencengnya tujuan yang diharapkan.
(c) Meningkatkan motivasi untuk menghadapi keadaan nyata. Pengalaman yang sangat berharga dan mempunyai kesan mendalamterhadap sesuatu yang dihadapi, akan menjadi sumber penggerak kekuatan (driving force) untuk melakukan hal yang sama pada kesempatan yang lain. Diperolehnya pengalaman yang sangat bermanfaat dalam pelatihan, di mana materi pelatihan sangat terkait dengan permasalahan yang ada di sekitar kita, mendorong untuk lebih jauh melibatkan diri dalam penyelesaian masalah-masalah yang ada di lapangan.
(d) Memupuk dan mengembangkan solidaritas kelompok, kebersamaan dan kekompakan yang pada muaranya akan tercipta suatu kekuatan kolektif (kohesif) dalam kelompok atau masyarakat, Modal ini sangat menentukan dan berperan besar dalam keikutsertaan masyarakat untuk mewujudkan citacita bangsa, sejahtera, adil dan merata. Keempat, tahap monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengatahui pelaksanaan pelatihan, apakah rencana yang telah ditetapkan dapat berjalan sebagaimana mestintya atau tidak. Jika tidak, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya. Prosedur ini sangat penting untuk mengetahui efektif tidaknya pelaksanaan pelatihan. Ketidaksesuaian antara rencana dan pelaksanaan, kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor, misalnya tidak relevannya antara input
10 (pengetahuan dasar) peserta dengan materi pelatihan, metoda pelatihan yang tidak sesuai dengan tujuan pelatihan dan kemungkinan juga disebabkan oleh pelaksana, baik ketidaksiapan, penguasaan materi dan jadwal pelaksanaan yang kurang tepat dengan kondisi setempat. Kumpulan monitoring ini dapat segera dibenahi sebagai ongoing program untuk kebutuhan sisa waktu yang tersisa. Pada tahap akhir pelatihan diadakan evaluasi secara menyeluruh untuk mengetahui berhasil tidaknya pelatihan. Hal ini penting dilakukan untuk dijadikan dasar bagi kegiatan mendatang. Kelemahn-kelemahan yang ada selama pelatihan sebelumnya, bisa diperbaiki pada pelatihan berikut, sedangkan hal-hal
yang dianggap berhasil, perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan.
maka konteks penggembangan mahasiswa, selayaknya melihat persoalan atau masalah-masalah tersebut dengan maksud agar mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana jalan keluar yang tepat untuk penyelesaian ,PERMASALAHAN. Dengan demikian masyarakat mampu menetapkan apa yang dibutuhkan dan bukan sekedar daftar keinginan yang terlalu menjanjikan, tetapi dalam kenyataan tak pernah terpenuhi. Pendekatan yang diharapkan untuk itu adalah memfasilitasi mahasiswa secara edukatif dan memandangnya tidak sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek pembangunan.
Beberapa kelompok sesuai bidang yang diminati. Secara simultan masing-masing kelompok membicarakan topik yang sesuai dengan bidangnya dan bersamaan dengan itu dilakukan pula kegiatan simulasi. Maksudnya adalah untuk mendekati dunia yang sebenarnya atau eadaan nyata di lapangan. Pada suatu kesempatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, diperlukan adanya forum yang difasilitasi oleh trainer (training provider) untuk mempertemukan seluruh kelompok yang ada. Forum ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada setiap kelompok guna membahas hasil kerja kelompoknya kepada kelompok yang lain. Banyak hal-hal yang positif diperoleh melalui kesempatan tersebut, antara lain :
(a) terjadinya pertukaran informasi antar kelompok. Karena untuk membahas seluruh masalah oleh satu kelompok saja, rasanya sulit dan memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga dibutuhkan beberapa kelompok yang disuaikan dengan masalahmasalahyang ada. Kelompok satu misalnya, memfokuskan perhatian terhadap demokratisasi, lebih spesifik pada lingkup politik. Kelompok lainnya adalah masalah sosial dan ekonomi. Pertukaran informasi antar kelompok akan memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi seluruh peserta. Pada kesempatan yang sama pertukaran itu akan memunculkan berbagai tanggapan baik mendukung atau mengkritik hasil kerja kelompok-kelompok yang ada. Hal ini mencerminkan terjadinya interaksi belajar mengjajar diantara mereka.
(b) Mengembangkan sifat kritis dan 9 keterbukaan. Iklim yang kondusif daklam forum yang dirancang untuk mengoptimalkan aktivitas peserta, akan memberi peluang untuk mengkritisi atau menanggapi permasalahan yang bekembang, tanpa adanya pembatasan-pembatasan yang kaku. Kesediaan menerima dan ditanggapi oleh kelompok lain, merupakan bukti keterbukaan yang perlu dioptimalkan. Hanya saja peran para trainer diharapkan mampu mengarahkan jalannya persidangan (diskusi), agar tetap berada pada
koridor yang semestinya. Hal ini diperhatikan agar tidak terjadi debat kusir yang mengarah ke pada melencengnya tujuan yang diharapkan.
(c) Meningkatkan motivasi untuk menghadapi keadaan nyata. Pengalaman yang sangat berharga dan mempunyai kesan mendalamterhadap sesuatu yang dihadapi, akan menjadi sumber penggerak kekuatan (driving force) untuk melakukan hal yang sama pada kesempatan yang lain. Diperolehnya pengalaman yang sangat bermanfaat dalam pelatihan, di mana materi pelatihan sangat terkait dengan permasalahan yang ada di sekitar kita, mendorong untuk lebih jauh melibatkan diri dalam penyelesaian masalah-masalah yang ada di lapangan.
(d) Memupuk dan mengembangkan solidaritas kelompok, kebersamaan dan kekompakan yang pada muaranya akan tercipta suatu kekuatan kolektif (kohesif) dalam kelompok atau masyarakat, Modal ini sangat menentukan dan berperan besar dalam keikutsertaan masyarakat untuk mewujudkan citacita bangsa, sejahtera, adil dan merata. Keempat, tahap monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengatahui pelaksanaan pelatihan, apakah rencana yang telah ditetapkan dapat berjalan sebagaimana mestintya atau tidak. Jika tidak, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya. Prosedur ini sangat penting untuk mengetahui efektif tidaknya pelaksanaan pelatihan. Ketidaksesuaian antara rencana dan pelaksanaan, kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor, misalnya tidak relevannya antara input
10 (pengetahuan dasar) peserta dengan materi pelatihan, metoda pelatihan yang tidak sesuai dengan tujuan pelatihan dan kemungkinan juga disebabkan oleh pelaksana, baik ketidaksiapan, penguasaan materi dan jadwal pelaksanaan yang kurang tepat dengan kondisi setempat. Kumpulan monitoring ini dapat segera dibenahi sebagai ongoing program untuk kebutuhan sisa waktu yang tersisa. Pada tahap akhir pelatihan diadakan evaluasi secara menyeluruh untuk mengetahui berhasil tidaknya pelatihan. Hal ini penting dilakukan untuk dijadikan dasar bagi kegiatan mendatang. Kelemahn-kelemahan yang ada selama pelatihan sebelumnya, bisa diperbaiki pada pelatihan berikut, sedangkan hal-hal
yang dianggap berhasil, perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan.
Comments :
Post a Comment